[FICLET-MIX] Rest Well, Baby

Rest Well, Baby.png

Rest Well, Baby.

.

A drabble-mix by kwonbinology

Starring iKON’s members and OCs. // T-Fluff, AU

.

“Kau pasti lelah, kan?”

.

JINHWAN

“Aku pulang.”

Jinhwan yang sedang asik mendengarkan siaran radio spontan menoleh dan mengecilkan volume suara.

“Eh? Halo.” Jinhwan tersenyum kecil melihat gadis berambut hitam lurus melepas high heels-nya dan duduk di sofa tanpa suara. Ia bahkan tak membalas sapaan Jinhwan.

“Kenapa?” Tanya Jinhwan. Matanya menyelidiki penampilan gadisnya dari atas sampai bawah. Rambut yang digulung dan sedikit acak-acakan, kemeja putih yang kusut, dan rok hitam selutut.

“Hari ini seharian keliling-keliling kampus. Hhhh… capek.”

“Proposalnya ditolak… disuruh buat revisi… padahal… hhh…” Gadis itu mengacak-acak rambutnya sendiri dan memasang tampang hopeless.

Jinhwan tersenyum kecil, kemudian menaruh tangannya di pundak gadis bermarga Go itu. Perlahan tapi pasti tangannya bergerak, memijat pundak, kemudian kaki gadis itu.

At least you did your best, Go Eunha. You always did.

YUNHYEONG

“Yunhyeong?”

“Di dapur!”

Kemudian gadis yang baru saja sampai itu tak mengeluarkan suara lagi. Selanjutnya yang terdengar hanya suara pintu kamar yang tertutup, lemari yang dibuka, dan suara kasur yang diduduki.

Yunhyeong mematikan kompor, membuang sampah bahan-bahan masakannya, mengelap tangan, dan berjalan menuju pintu kamar.

“Zara?”

“Hm?”

“Boleh buka pintunya?”

Kemudian pintu putih di depan Yunhyeong berderit. Lelaki itu memasuki kamar, dan mendapati gadisnya berbaring di tempat tidur dengan selimut yang menutupi kaki hingga hidungnya. Tangan Yunhyeong meraih ujung selimut dan menurunkannya hingga sebatas dagu gadis berwajah bundar itu.

“Kau… pucat.”

“Hm.”

“Sudah makan?” Tanya Yunhyeong.

“Aku lelah…” Gumam gadis itu, matanya masih terpejam.

Yunhyeong duduk di pinggir tempat tidur, kemudian jemarinya memain-mainkan poni gadis favoritnya.

“Kapan terakhir kau makan?”

“Tadi siang. Pizza yang kau bawakan.”

“Lalu?”

“Minum kopi di Starbucks dua gelas.” Gadis itu masih bergumam.

“Kau ingin membuat maagmu kumat lagi?” Yunhyeong membulatkan matanya.

“Tadi nggak sempat makan, Yunhyeong…”

Yunhyeong menghela nafas. Matanya masih tak lepas dari gadis yang masih seolah-olah tertidur itu.

“Ya sudah, ayo makan. Aku masak daging.”

Gadis itu menggeleng pelan.

“Aku diet. Nggak boleh makan malam.”

No excuse, Park Zara.” Sahut Yunhyeong.

“Tadi Bobby bilang aku gemukan.” Kata Zara, pelan.

So am I look like I care? Mau kamu kurus atau gendut, rambutmu panjang atau botak, kau tinggi atau pendek, menggemaskan atau menyebalkan, I still love you after all. Ayolah, kau akan menyesal. Dagingnya enak.”

BOBBY

Knock knock

“Ya, sebentar!”

Bobby menghentikan permainan konsolnya dan berlari menuju pintu. Ia mengeluarkan eye smile andalannya saat melihat gadisnya berdiri di depannya untuk pertama kalinya dalam kurun waktu lima belas jam terakhir.

“Hai, Yoo Ahra.”

“Hai juga.” Ahra tersenyum tipis, kemudian masuk ke dalam rumah. Ia langsung melepaskan sepatu hak tingginya, melempar tas ke sofa, dan ikut membantingkan badannya ke sana. Bobby mengekor lalu duduk di sampingnya.

Ahra mengangkat kaki kanannya dan meringis sedikit.

“Eh? Kakimu lecet?” Bobby membulatkan matanya.

“Aku tidak melepas sepatu sialan itu dari terakhir kali kau melihatku tadi pagi.” Jawab Ahra, kemudian menyenderkan punggungnya.

Bobby lantas mengulurkan tangannya dan memijat pelan pergelangan gadis kakinya. Ahra meringis setiap kali tangan kekar kekasihnya menyentuh bagian yang memerah.

“Capek, ya?”

“Hm.”

At least you’re coming home now.” Bobby tersenyum lagi.

Ahra tak menyahut. Ia memejamkan matanya perlahan-lahan.

“Mau tidur atau mandi dulu?”

“Mandi.” Sahut Ahra.

“Aku siapkan air panas, ya.”

Bobby menghentikan pijatannya, kemudian berlari menuju kamar mandi. Terdengar suara air keran yang mengalir mengisi bathtub.

“Kau sudah makan?” Tanya Bobby lagi.

“Belum. Aku tidak masak dan bawa apa-apa untuk makan malam. Kau?”

“Aku ngemil kentang goreng tadi.” Bobby menyeringai.

Ahra menghela nafas, sudah menduga bahwa kalau lelaki satu ini dibiarkan pasti akan berpesta bersama junk food.

“Aku masak aja ya!” Seru Bobby bersemangat.

Ahra membuka matanya lalu mengangkat sebelah alisnya. “Kau…”

“Aku bisa masak, oke? Kau mandilah dulu. Setelah kau selesai, makan malam siap!” Bobby berlalu menuju dapur.

Ahra hanya mengiyakan, kemudian berjalan tertatih menuju kamar mandi.

Lima menit selanjutnya, Ahra dapat mendengar suara kulkas dibuka, dentingan sendok, panci yang jatuh, kompor yang dihidupkan, dan segala macam kegaduhan lainnya yang dibuat kekasihnya di dapur. Dan sepuluh menit selanjutnya, indra penciuman Ahra menangkap bau gosong dari dapur.

“KIM BOBBY, APA YANG TERJADI DENGAN MASAKANMU?!” Teriak Ahra dari kamar mandi sembari mengeringkan rambutnya.

“HAH?!”

“YA TUHAN! AKU KEASIKAN MELANJUTKAN FIFA 2016-KU! YOO AHRA AMPUNI AKU, MAKAN MALAMMU BINASA!”

Ahra menghela nafas lagi, ia sudah menduga ini semua memang.

“Halo? 14045? Pesan dua ayam dan kentang, ya.” Gumam Ahra, hopeless.

HANBIN

Welcome back, Baby!” Hanbin menyeringai senang saat mendapati sesosok gadis mungil menutup pintu.

“Yeah.” Gadis itu menyahut singkat.

How’s your day?”

Tired. Horrible. Totally horrible.” Rutuk Zara—gadis itu, sembari membaringnkan badannya di sofa dan mengangkat kedua kakinya.

Hanbin menatap Zara dengan tatapan prihatin, kemudian menyentuh betis gadisnya dan memijatnya pelan-pelan.

“Hanbin.” Panggil Zara pelan.

“Ya?”

“Kau tahu kan…”

“Oh, ya. Oke. Maaf. Aku tahu aku tidak profesional dalam pijat-memijat sepertimu.” Hanbin mengangkat kedua tangannya seakan-akan ia merupakan buronan yang tertangkap basah.

Zara tersenyum kecil.

Hanbin beranjak dari duduknya, kemudian menghilang ke dapur. Beberapa saat kemudian, ia kembali lagi.

“Kau mau makan?” Tanya Hanbin. Tangannya menyodorkan mangkuk berwarna merah. Asap mengepul dari atasnya.

Zara membuka matanya, kemudian duduk.

“Ramen?”

Hanbin menyeringai lagi.

“Karena aku belum makan, jadi… baiklah.” Zara menyambut mangkuk yang disodorkan Hanbin, mengaduk mi dan kuahnya dengan tangan kanan, kemudian memasukkannya ke mulut.

Hening.

“Hanbin…”

“Ya, Zara?”

“Ramennya…”

“Ada apa dengan ramennya?”

“Kamu masak terlalu lama? Meleber, nih.”

“Hah?” Hanbin tersentak, kemudian menyicip ramen masakannya sendiri.

“Dan kau lupa kalau… uhuk.” Zara tersedak, kemudian mengambil air mineral dari tasnya.

“Kalau kau tidak suka pedas. Oke, maaf.” Sambung Hanbin. Tangannya meraih mangkuk dari Zara lagi, kemudian mengembalikannya ke dapur.

“Zara…”

“Apa?”

Sorry for making your night even more horrible.” Gumam Hanbin, kemudian duduk kembali di sebelah gadisnya.

Zara tersenyum kecil, kemudian menyenderkan kepalanya di pundak Hanbin.

It’s okay. At least having you here with me makes everything no more horrible.”

CHANWOO

“Aku pulang.”

Suara gadis terdengar dari pintu, yang membuat Chanwoo mengalihkan pandangannya dari layar handphone.

“Hai, Kia.”

“Hai juga, Chanwoo.” Kia tersenyum kecil, kemudian menghilang ke kamar. Lima menit kemudian gadis itu keluar dengan setelan piyama.

“Yak!!! Jangan makan aku, heh!!!” Chanwoo berteriak kepada layar handphone-nya. Kia menggelengkan kepalanya pelan, kemudian menyusupkan kepalanya di celah antara tangan Chanwoo dan kaki lelaki itu, lalu berbaring.

“Hei, jangan tidur di sini.” Gumam Chanwoo. Ia menghentikan game-nya, kemudian beralih menatap wajah letih gadisnya.

“Aku tidak tidur.” Gumam Kia.

Chanwoo menyentil hidung gadis itu kemudian tertawa jahil.

“Kau mau makan?”

“Terserah.”

Tangan Chanwoo meraih mangkuk yang berada di dekatnya,  kemudian menyodorkannya ke arah Kia.

“Apa itu?” Kia bangkit dari tidurnya dan melihat isi mangkuk yang disodorkan Chanwoo. “Sup?”

Gadis itu meraih sendok, kemudian menyerusup kuahnya perlahan. Ia kemudian membulatkan mata dan menoleh ke arah Chanwoo yang sedang menanti pendapat.

“ENAK!!!” Serunya.

Chanwoo tersenyum puas. “Siapa dulu yang buat…”

“KAU BELI DI AHJUMMA YANG JUALAN DI DEPAN APARTEMEN, KAN?”

“AKU MEMBUATNYA SENDIRI, TAHU!” Seru Chanwoo tak terima.

“Bohong.” Desis Kia. “Kau tak mungkin buat sup se-enak ini.”

Chanwoo meraih kertas kecil yang berada tak jauh dari Kia, kemudian menyodorkannya. Gadis itu membaca tulisan acak-acakan yang tertera di sana. Resep sup daging, alat dan bahan… cara pembuatan… tips…

“Aku pernah berjanji untuk menjadi lelaki yang bisa diandalkan untukmu, kan, Park Kia?”

DONGHYUK

Kim Donghyuk sedang asik menggumamkan lagu favoritnya ketika sesosok gadis berambut coklat berlalu di depannya tanpa suara.

“Eh? Kau sudah pulang?”

Donghyuk beranjak dari tempat duduknya, kemudian mengekori gadis itu. Selama beberapa menit ia hanya memerhatikan gadisnya yang melepas tas, mengikat rambut, membasuh mukanya di kamar mandi, kemudian duduk di kursi dengan wajah yang tak dapat ditebak.

“Kang Hanbyul?”

Gadis yang namanya dipanggil itu tak menyahut. Ia masih memandang kakinya yang diluruskan.

“Kau… kenapa?” Tanya Donghyuk lagi.

Gadis itu hanya menggeleng pelan. Menatap balik Donghyuk-pun tidak.

Lelaki bermarga Kim itu spontan berjalan ke arah gadisnya, kemudian merengkuh tubuh ringkih itu dengan lembut. Indra penciumannya mencium aroma stroberi dari rambut gadis itu.

“Donghyuk…”

“Ssssttt…”

Hanbyul kembali diam, kemudian menenggelamkan wajahnya di pundak lebar kekasihnya. Ia menghela nafas berat berkali-kali.

“Bagi denganku, Kang Hanbyul. Bagi denganku semua rasa letih dan bebanmu itu.”

JUNHOE

“Hai, Junhoe.”

Sapa gadis itu ketika mendapati lelaki bertubuh jangkung berdiri di depan pintu.

“Hai, Sarang.”

Junhoe tanpa diduga seketika merengkuh gadis itu dalam pelukannya.

“Eh?” Sarang membulatkan matanya. Apa-apaan dengan lelaki ini?

“Kau capek, kan?” Junhoe tersenyum kecil, sembari mengusap lembut pipi Sarang dengan ibu jarinya.

“Iya sih…” Gumam Sarang. “Tadi pimpinan rapatnya menyebalkan dan… GOO JUNHOE!!!”

Gadis itu refleks berteriak saat Junhoe menggendongnya menuju kamar.

“Yak, bodoh! Turunkan aku!” Jerit Sarang sembari menendang-nendangkan kakinya ke udara.

Ia berhenti menjerit saat Junhoe menurunkannya di tempat tidur.

“Apa-apaan, sih? Kau itu…”

“Ssssttt… jangan bergerak. Istirahat saja, oke?” Junhoe mengedipkan sebelah matanya kemudian menghilang dari pandangan Sarang.

Kemudian, yang indra pendengaran Sarang tangkap hanyalah suara keran air dan piring yang berdenting.

“Apa yang kau lakukan, Goo Junhoe?!” Jerit Sarang.

“Mencuci piring!”

Sarang mengerutkan dahinya. Makhluk yang paling malas membereskan sisa makanannya itu malah mencuci piring pada pukul sepuluh malam?

Sarang membalikkan badannya, kemudian melongok ke luar kamar. Terlihat Junhoe sedang merapikan ruang tamu sambil bernyanyi dengan keras… seperti biasa.

“Junhoe, kau mimpi apa semalam?”

“Hah? Aku tidak bermimpi.” Junhoe menanggapi pertanyaan gadisnya dengan serius.

“Bukan, maksudku… kau mabuk apa mengerjakan semua ini?”

“Aku tidak minum wine dalam sebulan ini, sayang.”

Ada yang salah dalam diri kekasihnya, Han Sarang yakin akan hal itu.

“Tumben sekali kau melakukan ini semua, maksudku…”

Junhoe menyenderkan punggungnya di depan pintu kamar, menatap mata Sarang lekat-lekat.

“Kau tahu, kan, aku tidak pandai merangkai kata-kata? Jadi inilah caraku untuk membuktikan bahwa aku menyayangimu. So, rest well, baby.”

Kwonbinology’s unimportant note:

Haloooo!!! Setelah lama gak buat fanfiction, akhirnya kembali dengan ini! Drabble-mix ini terinspirasi oleh jawaban member iKON atas pertanyaan “how will you heal when she comes home tired?” di interview majalah jepang “HaruHana”! Sorry for these randomness, xoxo

5 thoughts on “[FICLET-MIX] Rest Well, Baby”

Give me some sparkling things?