[FICLET-MIX] 오늘 모해? (What You Doing?)

WHAT YOU DOING.png

오늘 모해? < what you doing? >

A ficlet mix featuring iKON members.

– Kwonbinology –

#nowplaying오늘 모해? (#WYD) – iKON

.

Well, they are just madly in love in their own way.

.

HANBIN

Hanbin berguling-guling di kasur, menenggelamkan dirinya dalam lautan bantal-bantal. Raut wajahnya bosan. Jemarinya beberapa menit sekali meraih handphone, terlihat memeriksa notifikasi, mematikannya, mengeceknya lagi, begitu seterusnya. Namun kali ini ia malah membuka galeri, membuka satu-per-satu foto yang menampilkan visual dirinya yang sedang merangkul gadis berambut panjang. Senyuman lebar terpampang jelas dari wajah mereka berdua.

Hanbin meneliti wajah gadis yang belakangan ini menjadi pemilik tunggal hatinya. Ah, melihat gadis itu seperti ini hanya membuat Hanbin semakin merindukannya.

Kemudian jari Hanbin dengan lihai membuka Line, dan mengetik pesan berderet untuk gadis dengan nama kontak Zara tersebut.

 

Hanbin: Zara

Hanbin: Zara

Hanbin: Zaraaaa

Hanbin: Lagi ngapain?

Hanbin: Zara iiihhh balas dong!

Hanbin: Oh iya, kamu lagi ada jadwal kuliah ya hehehe

Hanbin: Aku tunggu di taman kampus, ya.

Hanbin: See you =)

 

Tak butuh waktu lama untuk Hanbin agar sampai ke taman kampus tempat Zara melanjutkan studinya. Taman itu terlihat tidak begitu ramai pagi menjelang siang itu, matahari bersinar begitu bersahabat. Angin sesekali bertiup, membuat poni Hanbin berantakan ke sana dan ke mari.

Lelaki itu tampaknya tidak sabar. Berkali-kali ia mengecek jam tangannya, menoleh ke kanan dan ke kiri, dari posisi duduk, berguling, hingga duduk lagi, berharap gadis pujaan hati datang segera menghampirinya.

Hanbin hampir saja tertidur karena belaian angin sepoi-sepoi ketika seorang gadis dengan senyum jahil mengendap-endap di belakang bangku taman yang diduduki lelaki itu sedari tadi.

“DUAARR!”

Hanbin terlonjak kaget, refleks menoleh ke belakang. Ekspresi terkejutnya berubah seketika menjadi senyum yang mengembang begitu lebar ketika mendapati siapa pelaku yang mengejutkannya tadi.

“Kok lama?” Tanya Hanbin.

“Aku kan memang selesai kuliah jam segini, Hanbin.” Zara—gadis yang ditunggu-tunggu Hanbin sedari tadi duduk di sebelah lelaki itu.

Hanbin dengan santainya tidur di pangkuan Zara, sambil memain-mainkan ujung baju gadis itu. Zara mengambil sebuah buku catatan mata kuliahnya, membolak-balik halamannya dengan raut wajah serius.

Hanbin menarik buku catatan itu dari tangan Zara. Bibirnya mengerucut.

“Aku nggak mengajak kamu ketemuan di sini cuma buat ngelihat kamu baca tulisan-tulisan ini.” Protes Hanbin.

“Apa sih, Hanbiiinn? Tadi nge-Line aku banyak-banyak, minta ketemu pas aku lagi kuliah, sekarang aku buka buku juga nggak boleh. Tidur-tiduran di kaki aku lagi. Kamu clingy banget ya, kenapa sih?”

Hanbin tak menjawab, ia malah mengedarkan pandangan ke sekeliling taman. Matanya kembali berbinar ketika mendapati sesuatu lima meter dari tempatnya berada.

“Eh, Zara! Ada yang jual permen kapas. Aku beli dulu, ya.”

Hanbin bangkit dari tidurnya, berlari menuju penjual permen kapas, kemudian kembali dengan setangkai jajanan berwarna merah muda pucat itu di tangannya. Zara mengerutkan dahi.

“Cuma satu?”

“Aku lupa bawa uang tadi. Syukurlah uang yang tersisa di kantong cukup.” Hanbin meringis, lalu menyodorkan permen kapas itu hingga berada di antara mereka berdua. Tanpa aba-aba, lelaki itu langsung melahap permen kapas. Zara tersenyum melihat lelaki di depannya yang terlihat seperti anak kecil berumur lima tahun, bukan lelaki yang baru masuk kepala dua. Gadis itu lalu ikut melahap permen kapas.

Hanbin mendongak, memerhatikan Zara yang sibuk menarik untaian permen kapas terakhir dengan mulut lalu melumatnya. Gadis itu tampak beribu kali lebih menggemaskan sekarang. Kemudian, Zara mengecap-ngecapkan lidahnya, merasakan sensasi manis terakhir.

Senyum Hanbin kembali melebar, yang membuat saraf-saraf bibirnya terasa sakit. Ibu jarinya refleks mengusap bekas gula di sudut bibir Zara. Lalu, Hanbin berkata dengan suara pelan yang mungkin hanya dapat didengar Zara.

“Entahlah… aku kangen kamu.”

DONGHYUK

“Hanbyul?”

Donghyuk menoleh ke arah kiri, memastikan bahwa gadis di sebelahnya menangkap penjelasannya barusan. Namun tak ada jawaban yang terdengar.

“Kang Hanbyul?”

Donghyuk memastikan sekali lagi, kali ini menundukkan kepala agar dapat melihat wajah gadis yang sedang bertopang dagu dengan pensil di tangannya itu.

“Ah, iya!”

Hanbyul tersentak kaget, kemudian ia mengerjap-ngerjapkan matanya yang sayu. Kedua tangannya menepuk-nepuk pipi berkali-kali. Donghyuk tersenyum kecil melihat ekspresi panik gadis itu.

“Kau mengerti?”

Donghyuk dan Hanbyul—teman satu kelas lelaki itu, kini berada di perpustakaan sekolah yang sepi. Hanya ada mereka dan segelintir orang-orang di sana. Hanbyul awalnya meminta Donghyuk untuk mengajarinya mata pelajaran biologi yang sangat tidak ia mengerti. Donghyuk yang mendapatkan nilai terbesar berturut-turut dalam mata pelajaran itu-pun tak keberatan sama sekali. Tentu saja, karena…

karena lelaki itu sudah lama memendam rasa.

“Ah itu…” Hanbyul meringis.

“Kau mengantuk, ya?”

Hanbyul mengangguk, jujur.

“Kau tidur jam berapa semalam?”

“Jam dua.” Hanbyul kembali meringis. “Aku belajar agar tidak terlihat terlalu bodoh jika belajar bersamamu hari ini. Namun kenyataannya itu tak memberikan sedikitpun perbedaan.”

Donghyuk tersenyum, dalam hati berulang kali mengatakan betapa lucunya gadis bermarga Kang itu.

“Ya sudah, tidur saja dulu.”

“Hah? Serius?”

Donghyuk mengangguk. “Dari pada kau mengantuk dan tak bisa menyerap apapun?”

Hanbyul tersenyum kikuk, kemudian melipat tangannya di meja, menyenderkan kepala, memejamkan mata, dan tidur.

Ketika Hanbyul mulai terlelap, Donghyuk ikut melipat tangan di meja dan menyenderkan kepala, kemudian menatap profil wajah Hanbyul lamat-lamat. Kulit putih bersihnya, bulu mata lentiknya, hidung proporsionalnya, dan bibir mungilnya terlihat begitu sempurna di mata Donghyuk. Ditambah sinar matahari yang menimpa wajah gadis itu, membuatnya terlihat semakin cantik.

Donghyuk ingin sekali mengetahui lebih banyak mengenai gadis di hadapannya—apa hobinya, makanan favoritnya, ketakutannya, mimpi-mimpinya. Ia juga ingin menjadi lelaki yang dapat gadis itu andalkan. Maka dengan itu, Donghyuk sudah memikirkan berbagai cara untuk mengungkapkan perasaannya kepada Hanbyul, sebelum terlambat. Tuhan-pun telah memberinya beberapa kesempatan yang dapat ia manfaatkan, seperti sekarang ini. Namun setiap kata-kata indah telah terukir dalam pikirannya, semua huruf-huruf itu tak mau keluar dalam wujud perkataan. Semuanya tersendat di tenggorokan, setiap Donghyuk menatap bola mata coklat gadis itu.

Donghyuk menghela nafas berat.

I wish she knows sometimes actions speak louder than words.

JUNHOE

Junhoe mondar-mandir tak menentu sedari tadi. Tangan kanannya memegang handphone, menekan nomor, mendekatkan benda elektronik itu ke telinga, menunggu beberapa saat, menjauhkannya, menekan nomor yang sama lagi, begitu seterusnya.

Angkat dong, angkat… angkat…

Hati lelaki berambut hitam itu bergumam seperti mengucapkan mantra. Ia menghela nafas berat, kemudian menggerutu pelan. Sudah panggilan ke-dua puluh dan tak ada satupun yang diangkat. Mata tanpa eye-lid lelaki itu menatap bunga di genggamannya dengan tatapan putus asa.

Lelaki itupun kemudian melangkahkan kaki menjauh dari taman kota. Ia berjalan gontai menyusuri jalan yang masih menjadi area taman. Rencananya hari ini gagal total. Junhoe mendongak sedikit sambil menutupi separuh wajahnya menggunakan telapak tangan karena matahari yang bersinar terik. Tangannya mengusap wajah, mengusir bulir-bulir keringat yang mulai berjatuhan.

Saat Junhoe tak sengaja melihat ke depan, matanya mendapati gadis berambut panjang, berkaos lengan pendek, rok pendek dan platform shoes berada sepuluh meter di depannya. Junhoe tahu betul rambut kecoklatan dan kaki jenjang itu milik siapa.

Tanpa berpikir panjang, tungkai kaki lelaki itu berlari kencang ke depan. Tangan kanannya menggenggam erat-erat rangkaian bunga di belakangnya. Angin menerbangkan rambut lebatnya, membuat helai-demi-helainya terdorong ke belakang.

“Han Sarang!”

Gadis yang sekarang hanya berjarak dua meter dari Junhoe menoleh ke arah Junhoe yang masih berlari. Kaki lelaki itu berhenti saat jarak yang tersisa di antara mereka hanya tiga puluh sentimeter.

“Ah, Junhoe. Ada apa?”

Junhoe tak dapat menjawab. Nafasnya masih sedikit tersengal. Ia malah menyodorkan bunga yang memang hendak ia berikan ke gadis itu sejak awal.

“Bunga titipan dari siapa?” Tanya Sarang dengan wajah tak berdosa.

Junhoe melirik gadis itu sinis, namun dalam sekejap tatapannya melunak.

“Itu dariku sendiri.”

“Hah?” Sarang memasang raut muka penuh tanda tanya. “Kau…”

“Oke, aku tahu aku tak pandai berbasa-basi apalagi berbicara kata-kata manis yang dibumbui bualan kosong, jadi… begitulah. Aku rasa aku tertarik dan suka padamu.” Jelas Junhoe to the point.

Sarang tak berkedip ketika melihat betapa straight-forward seorang Koo Junhoe yang sekarang berdiri di depannya.

“Kenapa?” Sarang bertanya dengan pertanyaan klasik perempuan pada umumnya jika seseorang menyatakan perasaan.

Junhoe mengangkat kedua bahunya, kemudian menjawab tanpa ragu,”Kau berbeda dari gadis lain, perbedaan yang menarik, dan aku suka.”

Seulas senyum terukir di sudut bibir Sarang, tapi otaknya masih menyisakan tanda tanya.

“Jadi kau ke sini untuk?”

“Menyatakan perasaan, sejujurnya.” Jawab Junhoe singkat. “Akan lebih baik kalau kau mau jadi kekasihku. Kalau tidak, setidaknya aku sudah jujur mengenai perasaanku. Tapi kalau kau menolakku, sepertinya suatu saat kau akan menyesal.”

Sarang membelalakkan matanya sedikit, namun kemudian gadis itu tertawa.

“Kenapa tidak?” Sahut Sarang dengan senyum lebar setelah beberapa saat.

Junhoe membulatkan mata. “Kau serius?”

Sarang mengangguk, kemudian mengaitkan jemarinya di jemari Junhoe.

“Jika kau tanya mengapa, jawabannya adalah kau berbeda dari lelaki lain, perbedaan yang menarik, dan aku suka.”

JINHWAN

Jinhwan merasakan tubuhnya berguncang ketika bis yang dinaikinya melewati jalanan yang sedikit berlubang. Netra Jinhwan tak berhenti mengamati pemandangan kota di malam hari dari jendela. Bibirnya terkatup rapat sedari tadi. Saat sibuk melamun, tiba-tiba Jinhwan dapat merasakan sesuatu menubruk pundak kanannya. Sontak ia menoleh dan mendapati gadis yang duduk di sebelahnya setengah tertidur hingga tak sadar bahwa kepalanya sudah menempati pundak Jinhwan.

Gadis itu adalah Eunha. Teman se-timnya dalam menyukseskan pentas seni yang akan diadakan jurusan mereka minggu depan. Hari ini mereka terpaksa lembur untuk menyelesaikan dekorasi panggung dan mengejar-ngejar artist yang akan diundang. Sebagai seorang lelaki sejati, Jinhwan merasa bertanggung jawab untuk mengantar gadis bermata bulat itu pulang dengan selamat hingga ke rumahnya.

“Eh…”

Gadis itu bersuara pelan, ketika menyadari kepalanya sudah berpindah tempat. Jinhwan menatapnya sekilas, gadis itu menatapnya balik. Suasana bertambah canggung. Eunha menyelipkan rambutnya di belakang telinga lalu menunduk, berusaha menyembunyikan semburat merah karena malu di pipinya. Baik Eunha maupun Jinhwan bukanlah orang yang bisa small talks saat baru seminggu mengenal. Jadi, sedari tadi keheningan tercipta di antara mereka berdua. Hanya ada suara deruman mesin bis, klakson mobil-mobil di jalan, juga obrolan kecil penumpang lain.

Tak butuh waktu lama, bis berhenti di pemberhentian ke-dua. Eunha merapikan baju dan tasnya, kemudian melirik ragu-ragu ke arah Jinhwan.

“Eh… aku berhenti di sini. Duluan, ya.”

Jinhwan mengerjap-ngerjap, dan yang dapat ia lakukan setelah itu hanya mengangguk kikuk.

Eunha beranjak dari duduknya ketika Jinhwan sibuk berperang dengan otak dan mulutnya sendiri.

Ayolah… cepat katakan…, gumam Jinhwan dalam hati.

“Eunha-ssi.”

Eunha yang baru berjalan dua langkah dari Jinhwan berbalik badan.

“Ya?”

“Aku… takkan keberatan mengantarmu pulang seperti ini untuk seterusnya.” Jinhwan berkata dengan suara tercekat karena gugup.

Dua detik kemudian, seulas senyum terlihat dari bibir Eunha.

“Terima kasih.”

Gadis itu berjalan menuju pintu bis. Namun sebelum keluar, ia menoleh sekail lagi ke bangku belakang tempat Jinhwan berada. Jinhwan menatapnya balik, tersenyum kecil.

See you.” Eunha berkata dengan suara kecil, namun Jinhwan dapat membaca gerakan bibir gadis itu.

See you.” Balas Jinhwan ketika gadis itu menghilang dari pandangan.

Kim Jinhwan tidak sabar akan kehadiran hari esok.

YUNHYEONG

Yunhyeong berjalan santai menyusuri lapangan Sekolah Menengah Atas tempat gadis yang belakangan ini membuatnya lumayan gila. Melarikan diri dari sebuah seminar yang penuh basa-basi hanya untuk menjemput gadisnya pulang sekolah, misalnya.

Beberapa menit setelah Yunhyeong sampai di depan gedung, rombongan gadis-gadis mulai berhamburan keluar. Yunhyeong memasang matanya dengan tajam, berusaha menemukan gadis yang ia tunggu-tunggu dari tadi.

Ah, itu dia.

“Zara!”

Gadis berambut hitam melewati bahu yang sedari tadi berjalan menunduk lantas mendongak ketika mendengar namanya dipanggil. Mata Zara menangkap Yunhyeong yang mengeluarkan sincere smile favorit gadis itu ketika ia mendongak.

Yunhyeong terkekeh geli ketika mendapati pandangan ‘kenapa-kau-ada-di-sini-bukankah-kau-seharusnya-pergi-entah-ke-acara-apalah-itu’ dari mata Zara. Lelaki itu segera berjalan mendekati Zara. Saat jarak mereka hanya beberapa sentimeter, Yunhyeong meneliti raut wajah cemberut Zara.

“Hei, kau kenapa?”

Zara tak menjawab. Ia masih menunduk dengan muka kusutnya.

“Zara?”

Gadis itu masih mengatupkan bibir.

“Kenapa cemberut, sih? Hei, gadis secantik dirimu tak boleh berwajah kusut. Senyum dong.”

Yunhyeong menarik sudut-sudut bibir Zara, membentuk sebuah senyum menggunakan kedua ibu jarinya.

Bukannya tersenyum, Zara malah tambah menatap lelaki itu tajam.

“Jadi kalau aku cemberut, aku tidak cantik lagi? Oke.”

Zara menepis pelan tangan Yunhyeong, kemudian berjalan meninggalkan lelaki itu di belakang. Namun bukan kesal apalagi marah, Yunhyeong malah tertawa geli melihat aksi ngambek gadis mungil itu yang membuatnya tambah menggemaskan.

Bukan Yunhyeong namanya kalau ia membalas dengan aksi ngambek yang sama.

Sambil terkekeh, Yunhyeong berjalan mengendap-endap di belakang gadis dengan tote bag di pundak kanannya yang sedang berjalan dengan langkah gontai. Lima detik kemudian, lelaki itu melompat, lalu melingkarkan lengannya di tubuh Zara. Yunhyeong tertawa geli ketika melihat tubuh Zara yang seketika menegang karena terkejut. Kemudian, lelaki itu menyenderkan kepalanya di pundak Zara.

“Kau selalu cantik di mataku, kau tahu itu kan?”

Zara tersenyum kecil ketika ia mendapati Yunhyeong mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan kepalanya di helai-helai rambut Zara.

“Baiklah, baiklah. Kau menang, Song Yunhyeong. Sekarang lepaskan, aku tidak bisa bernafas dan semua orang di sekolah ini sedang memerhatikan kita.”

Yunhyeong kembali tertawa entah untuk ke-berapa kalinya dalam beberapa menit terakhir. Ia lalu melepaskan pelukannya, dan mencium sekilas pipi gadis itu. Sebelum Zara sempat menghabisinya, ia berlari kencang meninggalkan Zara dengan wajah merah padamnya.

“SONG YUNHYEONG!”

CHANWOO

Chanwoo mendongak ke atas. Matanya tak dapat berhenti memandang gadis yang sedang duduk di atas tempat biasa juri pertandingan bulu tangkis berada. Gadis berambut panjang itu sibuk menulis entah apa di buku catatannya, dengan senyuman tipis menghiasi bibirnya. Tak tahan hanya memandangi dari bawah, Chanwoo segera memanjat tangga yang menjulang di bawah tempat duduk gadis itu, kemudian menunduk untuk melihat apa yang sedang ditulis gadis itu.

“Kia, nulis apa sih?” Tanya Chanwoo penasaran ketika gadis itu buru-buru menutup bukunya ketika Chanwoo datang.

“Rahasia dong.”

“Sejak kapan ada rahasia di antara kita berdua?” Chanwoo mendelik.

“Cih, seakan-akan kau tahu semuanya.” Kia menyipitkan matanya.

“Aku memang tahu semuanya.” Chanwoo menaikkan sebelah alisnya. “Kau ngompol saat TK, mempergunakan kembalian uang belanja dari ibumu untuk membeli mainan boneka-bonekaan dari kertas, saat pertama kali kau menstruasi, pembalut apa yang—“

“Cukup, Jung Chanwoo!” Pekik Kia ketika Chanwoo mulai membeberkan semua fakta kelam dirinya. Memiliki seorang sahabat sejak hari pertama kau hadir di dunia seperti Jung Chanwoo berarti kau harus menerima kenyataan bahwa mau tidak mau ia tahu seribu satu mengenai dirimu yang dapat dimanfaatkannya kapan saja jika otak setannya mulai bekerja.

“Kau tahu sendiri kan kalau— JUNG CHANWOO!!!”

Contohnya sekarang. Saat Kia sudah mau memulai ceramahnya, Chanwoo dengan cekatan merebut buku catatan Kia dan melompat ke bawah dengan mulus. Seringai jahil terpampang dengan jelas di wajah lelaki itu.

Kia hanya menghela nafas pasrah ketika Chanwoo mulai membuka cover buku catatan itu. Mata Chanwoo mengekor ke setiap baris tulisan tangan Kia yang panjang-panjang.

Date xx Month xx Year 20xx

To the boy I’ve loved since years… years… ago…

Can I be more than friend to you?

This might sounds so… possesive…

But I want you to be mine only.

Sincerely,

Yours.

Perasaan Chanwoo bercampur aduk setelah membaca curahan hati Kia barusan. Ia ingin tertawa dan mengejek gadis itu seperti biasanya, mengatakan bahwa semua tulisan yang tertera di sana begitu lebay dan mendramatisir. Tapi di sisi lain ia merasakan pipinya memanas karena perasaan ge-er. Tanda tanya juga memenuhi ruang kepala Chanwoo. Siapa lelaki yang berhasil mencuri hati sahabatnya itu?

“Chanwooooo!!!” Kia menjerit lagi, kali ini dengan nada merengek. Entah sudah berapa kali ia menyebut nama lelaki jangkung itu hari ini.

Chanwoo kembali memasang tampang jahilnya, kemudian memanjat tangga lagi dan mengembalikan buku itu ke tangan Kia. Bibir gadis itu mengerucut. Chanwoo diam di tempat, masih berdiri di salah satu besi yang menjadi anak tangga. Kia menatap sadis ke arah Chanwoo saat ia menangkap lelaki itu memerhatikannya sedari tadi.

“Apa lihat-lihat?”

“Kau bisa, kok, menjadi lebih dari teman untukku.”

Chanwoo mengedipkan sebelah matanya, yang membuat mata Kia beberapa milimeter lebih besar.

“Apa kau bilang?!”

Chanwoo tertawa lebar, kemudian melompat turun dari tangga sebelum Kia menghancurkan wajah tampannya dengan buku catatan yang melayang.

“Kau kira tulisan itu buatmu?!”

Chanwoo makin tertawa hingga nafasnya tersengal-sengal. Mempermainkan Kia seperti ini adalah kegiatan favoritnya sejak dulu.

“Memang iya, kan?”

Bibir Kia mengerucut, namun pipinyaa menghangat karena menahan rasa malu.

Chanwoo seketika teringat akan sesuatu. Ia merogoh saku celana, dan mengeluarkan sebuah benda yang lebih kecil dari ukuran tangannya. Kakinya berjalan mendekati tempat Kia duduk, namun tak lagi memanjat tangganya. Chanwoo mendekati tas Kia, kemudian menyangkutkan benda tadi di tas tersebut.

Sebuah gantungan kunci dengan boneka kelinci di sana.

Chanwoo mendongak ke atas, mendapati ekspresi bingung Kia di sana.

Beberapa saat kemudian, Chanwoo dapat merasakan jantungnya berdegup berkali-kali lebih kencang, serta wajahnya yang memerah, ketika ia akhirnya mengatakan,

“Ambillah. Ini tanda bahwa aku memang hanya punyamu, gadis bodoh. Aku juga menyukaimu.”

Chanwoo sudah menyiapkan mental jika Kia pada akhirnya malah dengan gamblang menyatakan bahwa lelaki yang ia maksud bukan sosok bernama Jung Chanwoo. Namun kebalikannya, Kia hanya diam dengan pipi bersemu.

Seulas senyum hangat terukir di bibir mereka berdua.

Ah, cinta mereka memang selalu sesederhana itu.

BOBBY

Bobby memberhentikan langkahnya, kemudian menoleh ke arah gadis di sebelahnya. Matanya tak lepas dari gadis itu, bahkan hingga sosok berambut hitam kecoklatan itu menyebrangi rel kereta.

Waktu sudah menunjukkan lewat pukul sepuluh, kereta listrik tampak tak begitu banyak peminat pada jam-jam malam seperti ini. Di stasiun itu hanya ada mereka berdua. Gadis di seberang Bobby hanya diam, memegang erat-erat tote bag hitamnya.

“Ahra!”

Bobby memanggil dua suku kata nama gadis di seberangnya, yang membuat sang pemilik nama mendongak. Lalu, lelaki itu mulai berjoget random entah apa tujuannya, kemudian diakhiri dengan love sign yang dibentuk dari ibu jari dan telunjuk tangan kanannya, mengarah ke gadis itu. Ahra tertawa riang melihat tingkah bodoh kekasihnya seperti biasa.

Ahra menepukkan telapak tangannya ke mulut.

“Jangan lupa makan malam!” Serunya.

Bobby mengeluarkan cengiran khasnya, dengan gigi kelinci yang terekspos jelas dan mata yang hampir tenggelam.

Lelaki berkemeja putih itu menaikkan kelingking dan ibu jarinya, lalu mendekatkannya ke telinga seperti telepon.

Call me when you are home!”

Ahra mengangguk bersemangat, kemudian mengacungkan jempol.

Tawa keluar serempak dari mulut mereka.

Suara khas kereta api terdengar dari kejauhan. Lampunya yang terangpun mulai menyambar. Bobby mengalihkan pandangannya dari kereta api ke gadis itu lagi, yang membuat gadis itu turut menatapnya.

Good night. I love you.

Ahra tersenyum lebar, kemudian membalas ucapan selamat malam dan pernyataan cinta Bobby.

Beberapa detik setelahnya, kereta api berhenti di depan mereka berdua, membuat gadis itu hilang dari pandangan Bobby. Saat kereta berangkat, gadis itu sudah tak ada.

Bobby tersenyum kecil. Rasanya ia tak ingin merelakan hari ini berakhir.

f i n.

 

Zahra’s Notes ❤

Halooo! Terima kasih kepada semua yang udah mau baca fic ini sampai habis, walau random banget hehehe. Ini semua terinspirasi dari MV iKON yang berjudul sama dengan fic-mix ini (ayooo semua streaming!). aktingnya bikin baper parah sih, jadi menetaslah fiksi random ini. Oh iya, mau curhat aja sih. Adegan Donghyuk di MV-nya bikin aku inget sama FF sendiri di mana Donghyuk dan ceweknya sama-sama book freak, dan sering ketiduran pas lagi baca gitu (Read Tale of Us). Trus adegan Yunhyeong yang meluk cewek di MV-nya dari belakang mirip adegan Yunhyeong meluk Zara dari belakang setelah mereka nonton film horor dan Zara ngambek gara-gara ditakut-takutin mulu (Read Plan B: Feelings) huhuhu kebetulan sih atau emang aku yang geer tapi tetep aja=((

Pokoknya… yayyy sekali lagi terima kasih yang udah mau baca sampai di sini apalagi mau komentar!!! I appreciate a looottt your comment guys, xoxo!

7 thoughts on “[FICLET-MIX] 오늘 모해? (What You Doing?)”

  1. HWALOOOO ZARRA -SHIII KU DISNI UNTUK MERUSUH DI LAPAKMUUU

    Maafkan diriku yg sibuk ini baru sempat komen sekarang huhuhuhuuuu

    ADUUU AKU KAPAN SIH NGGAK SUKA TULISANMUUUU? BAGOOD SUMPAAAHH!!!
    PAS HANBIN INI DOOHH YANG WAKTU MKAN GULA GULA PINK ITUUU INGIN RASANYA BERTERIAK “sialaan! Makan makan aja nggak usa keliatan kek mau cium!!!!”
    PAS YUNHYEONG AWWWWWW ADUUU JAHIL JAHIL MANIS GMANAAA GITU MAS NYA INI YAAA SUMPAAH LUCU :””333 NGGAK TAU GMANA AKU KALO UDA JADI ZARA MATI DITEMPAT KKENYA DIGITUIN YUNHYEONG !!!! 😄😄😄
    TRUS TRUSSS JUNE AWWWW TO THE POINT NYA BUISYAA JAAAA
    YNG JINHWAN BAPER MAXXXX
    DONGHYUK INI IKUT DEGDEG HATI RASANYAAA
    TRUSSS CHANWOO? SI TEMAN INI KIYUT SEKALI BAWAWAWW
    SATU LAGI BOBBY YA ALLOOOHHH INI AKU SENYUM2 SNDIRI MANIS BANGEETTT. KEK RELATIONSHIP GOALS GITUUU 😱😱😘😘😘😘👍👍

    KEEP WRITING WITH YOUR OWN STYLE HANYBANYSWITY 💟💟💟

  2. Hallo nak, akhirnya gy membaca fic ini juga. muahahah.
    di fic ini paling suka sama yang jinhwan entah kenapa huhu. kalo di mv nya paling suka chanu dondong huhuhu baper.
    Itu si June akhirnya dapet cewe ya di fic ini setelah di MV cuma ngejar-ngejar yang tak nampak xD
    “Sejak kapan ada rahasia di antara kita berdua?” >>> CHANU KAMU DANGDUT SEKALI SUMPAH???

    ah iya, sama mau koreksi di bagian bobby :
    …Dari jauh, suara khas kereta api terdengar dari kejauhan…
    ini enakan pilih salah satu aja, mau “dari jauh, suara khas kereta api terdengar” atau “suara khas kereta api terdengar dari kejauhan.”
    well, mungkin kamu lupa.

    oh iya! sama… emmm… kalo bisa, di ficlet mix atau cerita mix mix yg lainnya nama tokohnya jangan ada yg sama (sekalipun itu OC favorit) karena itu bisa bikin bingung pembaca hehe. just my opinion sih. tp kalau ceritanya berdiri satu2 (dlm artian gak di tampilkan sama cerita lain) sih gpp.
    keep writing dan keep us baper okay!!!
    muah.

    gy.

    1. HALO KAK GY!!!
      Iya aku kasian sama June masa dia jomblo mulu kan sedi yhajadi aku senengin deh di sini
      BENTAR DULU AKU NGAKAK PAS KAKAK NULIS ‘CHANU KAMU DANGDUT SEKALI’ HAHAHAHHAAHA
      Wah iya… kayaknya aku lupa… soalnya nulisnya setengah sadar gitu udah malem dan gak sempet edit detil banget hehehe abis ini aku koreksi deh!
      Cri cri cri iya sih aku terlalu serakah aku ga mau hanbin dan yoyo sama yang lain HAHAHAHAHA tapi sip sip makasih ya sarannnyaaaa mwah mwah mwah xoxo :* ❤

Give me some sparkling things?